Ambalat Kembali Tegang, Malaysia Remehkan Indonesia
JAKARTA - Ketegangan di Blok Ambalat pada 2004 bakal terulang. Sebab, Malaysia berkali-kali melanggar daerah yang berada di laut sebelah timur Pulau Kalimantan itu. “Kapal-kapal patroli (Indonesia) berulang-ulang memergoki mereka (kapal-kapal Malaysia, Red),” ujar sumber Jawa Pos di lingkungan TNI Angkatan Laut di Jakarta kemarin ( 21/10).
Perwira itu menjelaskan, informasi tersebut sudah sampai Jakarta. “Sudah pernah disampaikan dalam rapat tertutup di Kementerian Polhukam pada 16 Oktober lalu,” katanya. Kapal-kapal Malaysia itu tidak ditindak, tapi hanya diusir menjauh dari Blok Ambalat.
Ketegangan jilid II itu juga diakui Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso kemarin. Jenderal asal Solo itu mengungkapkan bahwa unsur-unsur kekuatan bersenjata Malaysia masih kerap melanggar wilayah Indonesia di kawasan Blok Ambalat.
Dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR dan Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono di gedung DPR kemarin (21/10), Djoko mengatakan, dalam beberapa kali perundingan, Malaysia tetap mengklaim Blok Ambalat sebagai bagian teritorialnya. “Itu terlihat dari salinan nota diplomatik tentang proses pergelaran kekuatan TNI di Blok Ambalat dari Malaysia,” ujar Djoko.
Terkait pelanggaran oleh kekuatan bersenjata Malaysia itu, TNI mengintensifkan penggelaran kekuatan di sekitar Blok Ambalat dan Sulawesi Utara, baik patroli laut maupun patroli udara. “Itu upaya penangkalan dan pengimbangan terhadap kehadiran unsur kekuatan bersenjata Malaysia,” lanjut panglima TNI.
Blok Ambalat seluas 15.235 kilometer persegi memiliki kandungan minyak dan gas hingga 30 tahun. Pada rapat kerja yang dipimpin Ketua Komisi I DPR Theo L. Sambuaga, Djoko menjelaskan, Indonesia masih memiliki permasalahan perbatasan dengan sejumlah negara, seperti sepuluh titik di perbatasan darat RI-Malaysia di Kalimantan, enam titik di perbatasan darat RI-Timor Leste, dan RI-Papua Nugini.
“Secara umum, TNI telah menggelar unsur-unsurnya di 12 pulau terdepan, termasuk di wilayah RI yang berbatasan dengan Malaysia, Timor Leste, dan Papua Nugini,” ujarnya.
Dari beberapa kali perundingan dengan Malaysia, kedua pihak belum sepakat tentang prinsip-prinsip dan petunjuk yang digunakan untuk wilayah maritim Selat Malaka, Selat Singapura, Laut China Selatan, dan Laut Sulawesi (laut teritorial, zona tambahan batas landasan kontinen ZEE).
Memanasnya Blok Ambalat itu secara kebetulan bersamaan dengan suksesnya perusahaan Italia ENI S.p.A melobi pemerintah untuk mengeksplorasi minyak Ambalat. Senin lalu ( 20/10) delegasi perusahaan energi dan minyak itu menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden. Mereka meminta izin untuk ikut mengembangkan migas di Blok Ambalat.
Delegasi ENI S.p.A yang datang, antara lain, Paolo Scaroni (chief executive officer), Stefano Lucchini (public affairs and communication), dan Roberto Lorato (managing director ENI Indonesia). “Jadi, dibuka lokasi Aster dan beberapa cadangan-cadangan gas lagi yang kelihatan di sana. Mereka meminta izin mengembangkan penemuan lapangan minyak dan gas di daerah Ambalat,” ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro setelah pertemuan kemarin.
Menurut Purnomo, presiden menyetujui perusahaan Italia itu ambil bagian di Blok Ambalat. “Kami diminta untuk mempersiapan pengembangannya karena kita memang memerlukan peningkatan produksi minyak dan gas,” katanya.
Berapa nilai investasi ENI di Ambalat? Purnomo belum bersedia mengatakan nilai investasi maupun target produksi yang ditetapkan ENI. Menurut Purnomo, realisasinya akan dilakukan secepatnya. “Mereka belum secara spesifik mengatakan. Ambalat memang daerah yang dulu diklaim oleh Malaysia, tapi sebenarnya masih daerah kita,” jelas Purnomo.
Selain itu, kata Purnomo, ENI ingin mengelola migas di kawasan Pulau Karimun. ENI, kata Prunimo, ingin membuat semacam free trade zone untuk out service mereka di Pulau Karimun. Rencananya direkrut 5 ribu tenaga kerja untuk proyek tersebut.
(Source : http://rixco.multiply.com)
1 komentar:
waghh..
parah juga tu Malaysia..
XD~
Posting Komentar